Pemecahan
masalah adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk
mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting
karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan
memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah
dimilki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan
matematika penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan
pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika dapat dikembangkan dengan baik.
Polya
dalam Sukasno, (2002:15) mengungkapkan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu
tingkat aktivitas intelektual yang sangat tinggi, sebab dalam pemecahan masalah
siswa harus dapat menyelesaikan dan menggunakan aturan-aturan yang telah
dipelajari untuk membuat rumusan masalah. Aktivitas mental yang dapat dijangkau
dalam pemecahan masalah antara lain mengingat, mengenal, menjelaskan,
membedakan, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
Dalam
penyelesaian suatu masalah, kita seringkali dihadapkan pada suatu hal yang
pelik dan kadang-kadang pemecahannya tidak dapat diperoleh dengan segera. Hal
ini menjadi tugas utama guru yaitu membuat soal pemecahan masalah yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa, serta membantu siswa dalam menyelesaikan
berbagai masalah dengan membantu mereka dalam memahami makna kata-kata atau
istilah yang muncul dalam suatu masalah, sehingga kemampuannya dalam memahami
masalah bisa semakin berkembang.
Suatu
masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya, akan tetapi secara langsung tidak tahu apa yang harus
dikerjakan. Jika suatu masalah diberikan
kepada seorang siswa dan siswa tersebut langsung mengetahui cara
menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai
masalah.
Untuk
memudahkan dalam pemilihan soal, perlu dilakukan pembedaan antara soal rutin dan soal tidak rutin. Soal rutin
biasanya mencakup suatu prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal
yang baru dipelajari. Sedangkan masalah tidak
rutin biasanya untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran
yang lebih mendalam.
Ruseffendi
dalam Sukasno, (2002: 13) mengatakan bahwa suatu persoalan merupakan masalah
bagi seseorang. Pertama, bila siswa belum mempunyai prosedur atau langkah
tertentu untuk menyelesaikannya; kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya; dan
yang ketiga, bila ada niat untuk menyelesaikannya.
Dari
uraian di atas dapat dikatakan bahwa suatu persoalan merupakan masalah bagi
seseorang, jika dia menyadari eksistensi situasi persoalan, menyadari bahwa
persoalan tersebut memerlukan penyelesaian, dan menyadari bahwa dalam
menyelesaikan masalah tidak dapat segera mungkin dalam menyelesaikannya.
Menurut
Polya dalam Suherman, (1992: 253) soal matematika tidak akan menjadi masalah
bagi seorang anak, jika:
1. Mempunyai kemampuan dalam menyelesaikannya,
ditinjau dari segi kematangan, mental, dan ilmunya.
2.
Berkeinginan untuk
menyelesaikannya.
Suatu pertanyaan
atau soal bagi siswa dapat merupakan suatu masalah, apabila siswa tersebut
tidak memiliki suatu cara tertentu yang dapat dipergunakan sesegera mungkin
untuk menemukan jawaban dari pertanyaan itu, tetapi siswa memiliki kemampuan
dan pengetahuan untuk menyelesaikannya, sehingga siswa memiliki motivasi untuk
dapat menemukan pemecahan masalahnya.
Untuk memperoleh
kemampuan memecahkan masalah, seseorang harus memiliki pengalaman dalam
memecahkan berbagai masalah. Berbagai macam hasil telah menunjukkan bahwa anak
yang diberikan banyak latihan pemecahan masalah memiliki nilai lebih tinggi
dalam tes pemecahan masalah dibandingkan anak yang latihannya sedikit.
Pada mata pelajaran
matematika, pemecahan masalah dapat berupa soal tidak rutin atau soal cerita,
yaitu soal pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang lebih mendalam. Oleh karena itu, pemecahan masalah dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis dan kreatif.
Muhhibinsyah (2002: 22) menyatakan:
“Belajar pemecahan masalah pada dasarnya
adalah belajar menggunakan metode ilmiah atau secara sistematis, logis,
teratur, dan teliti. Tujuannya adalah memperoleh kemampuan dan kecakapan
kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas”.
Selain
dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis, sistematis, kreatif, dan kritis,
siswa juga dibiasakan untuk menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya secara rasional, lugas, dan tuntas. Oleh karena itu, kemampuan
siswa dalam menguasai konsep-konsep dan prinsip-prinsip sangat diperlukan.
Dengan kata lain pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam beradaptasi terhadap
situasi belajar yang baru.
Polya
dalam Tim MKPBM, (2003: 99) mengemukakan bahwa ada empat aspek atau langkah
yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah yaitu:
1.
Memahami masalah
2.
Menyusun rencana penyelesaian
3.
Menyelesaikan masalah
4. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Proses
yang dilakukan dalam setiap langkah-langkah tersebut, harus melalui beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1. Memahami masalah
- Apa yang diketahui atau apa yang ditanyakan?
-
Masalah apa yang diberikan?
-
Bagaimana kondisi soal?
Langkah-langkah
tersebut dilakukan pada tahap awal dari pemecahan suatu masalah agar dapat
membantu siswa dalam mencari penyelesaian masalah yang sesuai, dan diharapkan
siswa dapat memahami kondisi soal dengan cara: mengenali soal, menganalisis
soal, dan menterjemahkan informasi yang diketahui dan ditanyakan pada soal
tersebut.
2. Menyusun rencana penyelesaian
- Perhatikan apa yang ditanyakan
- Jika soalnya sama, apakah
pengalaman yang lama dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang ada.
- Seandainya soal yang baru
belum dapat diselesaikan, pikirkanlah soal yang sama untuk menyelesaikan soal
baru.
Masalah perencanan ini dilakukan
karena pada saat siswa mampu membuat suatu hubungan dari data yang diketahui
dan tidak diketahui, maka siswa dapat menyelesaikannya dengan pengetahuan yang
telah diperoleh sebelumnya.
3. Menyelesaikan masalah
- Melakukan rencana penyelesaian
- Memeriksa tiap langkah, apakah
penyelesaiannya sudah benar?
- Apakah siswa dapat membuktikan
langkah yang dipilih sudah benar?
Penyelesaian
masalah dilakukan untuk melihat pemahaman dan ketidakpahaman siswa terhadap
suatu masalah, disamping itu dapat melihat apakah penyelesaian yang digunakan
sudah benar atau belum.
4. Memeriksa kembali hasil yang
diperoleh
- Apakah siswa dapat memeriksa hasilnya?
- Apakah siswa dapat memeriksa alasannya?
- Apakah siswa dapat memperoleh hasil yang berbeda?
- Apakah
siswa dapat menggunakan metode yang sama dalam menyelesaikan masalah lainnya?
Pada langkah ini diharapkan
siswa dapat memeriksa kembali dan menelaah dengan teliti dari setiap tahapan
yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah yang ada. Dengan demikian, kesalahan
dan kekeliruan dalam menyelesaikan soal dapat diatasi dan ditemukan sebelumnya.
Belum ada tanggapan untuk "Pemecahan Masalah Matematika"
Post a Comment