Problem-centered learning (PCL) dalam bahasa
Indonesia diartikan dengan pembelajaran yang berpusat pada masalah.
Pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan bagi siswa agar melakukan
aktivitas belajar yang berpotensi sehingga membuatnya berpartisipasi dalam
belajar adalah pembelajaran yang menerapkan pendekatan problem-centered
learning (PCL).
Awalnya pendekatan ini dikembangkan pada tahun 1986 oleh Cobb di
sekolah dasar dan pada saat itu model pembelajaran ini disebut Problem-Centered Mathematics atau Problem-Centered Classroom. Kemudian
pada awal tahun 90-an, Wheatley mengembangkan pendekatan
pembelajaran ini di sekolah menengah dan
disebut sebagai Problem-Centered Learning
(PCL) (Hafriani, 2004:15).
Menurut Walbert(2005), dengan PCL
siswa akan mengembangkan kemampuan matematikanya sendiri, untuk menemukan
pemecahan masalah dengan caranya sendiri, serta mampu mengambil
keterampilan-keterampilan yang diperoleh pada masalah-masalah yang baru.
Pedekatan PCL ini mengikuti teori konstruktivisme yang mengatakan bahwa belajar
akan terjadi ketika siswa membangun pengetahuannya sendiri.
PCL hadir sebagai jawaban atas
permasalahan yang terjadi pada pembelajaran matematika. Umumnya pembelajaran
matematika di sekolah masih berpusat pada guru. Di dalam hasil penelitiannya,
Dunn (Cassel, 2003) mengemukakan bahwa guru cenderung mengajar sesuai dengan
gaya belajarnya, oleh karena itu siswa harus mencocokkan diri dengan gaya guru.
Selanjutnya Dunn (Cassel, 2003) mengungkapkan bahwa jika guru menekankan
anak-anak untuk menerima informasi dalam tipe yang tidak mereka miliki, maka
akan mengakibatkan stress, frustasi, kehilangan motivasi dan hasil prestasinya
rendah
Yackel (Hafriani, 2004:17) berpendapat
bahwa karakteristik pendekatan PCL dibagi menjadi tiga bagian aktifitas, yakni
:
a.
Kerja individu maksudnya siswa bekerja secara individu dalam
aktivitas-aktivitas yang diyakini dapat memecahkan masalah. Lalu dilanjutkan
dengan kelompok kecil yang bertujuan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan
siswa dalam memecahkan masalah.
b.
negosiasi dalam kelas, pada bagian ini siswa menyajikan solusi yang mereka
temukan di kelas. Pada bagian ini guru hendaklah mendorong siswa untuk
menerangkan pikiran-pikiran mereka secara rinci. Siswa lain didorong untuk
memberikan tanggapan tentang jawaban yang dijelaskan oleh temannya didepan
kelas
c.
siswa mencapai persetujuan sebagai
satu solusi yang benar.
Inti
dari aktivitas PCL adalah agar siswa dapat bernegosiasi dengan diri sendiri,
dengan siswa lain maupun dengan guru. Negosiasi
disini maksudnya interaksi komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa maupun siswa dengan guru. Dengan adanya negosiasi ini siswa dapat
mengajukan pendapatnya sendiri, menilai dan mendengarkan pendapat orang lain
dengan cara meyakini pendapatnya kepada orang lain dan secara bersama-sama
menarik kesimpulan atau solusi yang dinggap paling terbaik dan cara
penyelesaian yang mudah yang merupakan hasil dari negosiasi.
Langkah-langkah Problem-Centered
Learning ;
a.
Pendekatan PCL
dimulai dengan memberikan tugas kepada siswa yang dikerjakan secara individu
agar siswa dapat memecahkan masalah sendiri
b.
Siswa
dibagikan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Yang
bertujuan siswa dapat bekerja atau sharring
dengan siswa lain.pada langkah ini guru berperan sebagai fasilisator yang
bertujuan untuk mengkondisikan siswa
bekerja sama dengan siswa lain dalam memecahkan masalah.
c.
menyatukan seluruh siswa dalam kegiatan diskusi kelas (sharing). Pada tahap ini setiap kelompok mengutuskan satu orang
perwakilan untuk menjelaskan metode penyelesaian masalah kepada kelompok lain.
Peran guru pada diskusi kelas ini sebagai fasilisator , dan guru tidak bersifat
menilai tetapi hanya mendorong siswa untuk aktif dalam diskusi kelas.
Pada langkah ini berperan untuk
memotivasi siswa untuk mendengarkan pendapat temannya dalam memecahkan masalah.
Tujuan utama diskusi kelas ini adalah menciptakan kesempatan bagi siswa untuk
menyajikan metode-metode solusi mereka kepada teman-temannya dan membandingkannya
atau mempertentangkan gagasan-gagasan matematika yang berbeda. Secara alami
dengan sendirinya mereka akan membandingkan dan mengkritik gagsan-gagasan yang
diutarakan oleh penyaji, mungkin lebih akurat, atau memberikan pendapat yang
berbeda dari penjelasan penyaji. Akhir diskusi ini diharapkan seluruh siswa
dapat menyepakati atas persetujuan bersama terhadap metode penyelasaian masalah
yang paling benar dan mudah dimengerti. Akhirnya pembelajaran akan berpindah
tidak hanya bergantung kepada guru.
Artikel keren lainnya:
Perbedaan pcl Dan pbl apa ya.
ReplyDeletePerbedaan pcl Dan pbl apa ya.
ReplyDelete